Pupus

Dik

Melihatmu itu sama dengan bagaimana aku melihat diriku.

Melihatmu, disanalah bayangan masa depan yang teduh itu, dengan usahaku merawat fitrahmu..

Dik 

Ingin ku selalu gandeng tanganmu, rangkul bahumu, menyatukan hati dalam lingkaran kebaikan itu.. 

Tapi kini, kini aku merasa gagal.

Lidahku kalut tak seperti biasa ketika kau mendengarkan ku menyampai satu dua ayat padamu..

Aku juga tidak tahu kenapa?

Apa benar aku telah kecewa? Atau aku hanya takut kau tak baik-baik saja.

Aku berusaha tenang saat yang sudah ku perjuangkan tidak bisa seperti apa yg kita bayangkan..

Aku paksa untuk membuka mata dan menata kembali runtuhan-runtuhan ekpetasi yg sudah tersandarkan menjadi bangunan ekpestasi terhadap diri sendiri. 

Aku sedang menyadarkan diri, untuk tahu diri, bahwa satu-satunya orang yg bisa aku rubah adalah diriku sendiri. 

Akupun teringat, Nabi Muhammad, sedihnya bukan kepalang, sebab harapan agar pamannya bisa wafat dalam keadaan Islam tak bisa ia wujudkan. 

Nabi Nuh juga pernah lelah karna dakwahnya tak di dengar. 

Tapi mungkin aku bisa belajar dari cerdasnya Nabi Yusuf yang mengambil momentum untuk tetap berdakwah meski dalam ruang penjara.

Aku hanya butuh sabar, dan terus meluaskan ikhtiar.

Aku berharap kau akan kembali dengan hati yang baru, dengan penyesalan yang akan tebus.

Aku menunggumu dik.



Tertanda, kakakmu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Manfaat Positif Menerapkan Gaya Hidup Minimalis bagi Generasi Muda

Ternyata aku hanya..

Tak bertemu cita-cita, Bukan Berarti Tak Punya Tujuan